Tinggal di Kawasan rawan Bencana, Masyarakat Bersama Pemerintah Desa Paseban Bentuk Desa Tangguh Bencana

Pengukuhan Forum Pengurangan Risiko Bencana Desa Paseban oleh BPBD Kab.Klaten

Klaten, bolodesa.id (25/10/2021) Bagi masyarakat Jawa Tengah khususnya Semarang, Salatiga, Boyolali dan Klaten, nama Desa Paseban yang terletak di kecamatan Bayat Kabupaten Klaten sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat. Terkenal sebagai wisata religi Makam Sunan Pandanaran atau Sunan Bayat. 

Menurut cerita rakyat turun - temurun, Sunan Bayat adalah adalah Bupati Semarang yang Pertama di era Kasultanan Demak, sebelum menjadi murid Sunan Kalijaga.

Setelah menjadi murid Sunan Kalijaga, kemudian menjadi salah satu tokoh penyebar agama Islam di wilayah Semarang, Salatiga, Boyolali dan Bayat. Konon nama Bayat, Boyolali dan Salatiga adalah pemberian Sunan Bayat.

Meski termasuk tokoh berpengaruh dalam penyebaran agama islam namun tidak masuk dalam Wali Sangha.

Setelah meninggal, Sunan bayat dimakamkan diperbukitan yang terdapat di Desa paseban dan sering disebut Bukit Jabalkat. Hampir tiap hari dikunjungi ratusan peziarah. Tingginya angka peziarah ke makam sunan bayat, secara ekonomi membantu kehidupan dan penghidupan masyarakat Desa Paseban dengan tumbuhnya usaha homestay, souvenir dan makanan.

Namun di sisi lain, secara geologis desa Paseban merupakan daerah rawan gempa karena lokasinya yang berdekatan dengan Sesar Opak yang menjadi pusat gempa pada Mei 2006. Sesar Opak termasuk dalam jenis sesar geser. Selain itu juga dugaan adanya Sesar Dengkeng yang berarah dari barat-timur,  dan memiliki peran signifikan pada gempa 2006 yang menyebabkan masifnya kerusakan di Kecamatan Gantiwarno,Wedi, Bayat, Trucuk, dan Cawas. 

Gempa kecil- kecil kerap dirasakan di kecamatan bayat yang berbatasan dengan gunung kidul. Dugaan sementara bersumber pada sesar dengkeng.

Sementara secara geogragis, Desa Paseban di lewati oleh Kali Dengkeng menuju Bengawan Solo yang kerap meluap jika musim penghujan. Disamping itu, Desa Paseban juga memiliki perbukitan yang beberapa kali pernah mengalami kebakaran hutan dan ladang.

Tingginya ancaman Bencana di Desa Paseban Kecamatan Bayat, mendorong Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah mendorong Pemerintah Desa Paseban bersama komponen masyarakat membentuk Desa Tangguh Bencana.Hal ini diungkapkan oleh Muhamad Chomsul, SST,M.Eng selaku Kasi Pencegahan BPBD Provinsi Jawa Tengah yang hadir di sela - sela kegiatan selama tiga hari mulai tanggal 22 – 24 September 2021.

Lebih lanjut Muhamad Chomsul mengungkapkan harapannya agar Desa Tangguh Bencana Paseban dapat mendukung Desa Wisata Paseban. Memberikan rasa aman pada pengunjung wisata dan juga pada warga Desa Paseban sendiri untuk tanggguh dalam menghadapi ancaman. 

Peserta Pembentukan Destana melakukan Kajian Risiko Bencana Desa Paseban

Proses pembentukan DESTANA di awali diskusi dengan Narasumber Didik Wahyudiono, dari Lembaga Gerak Pemberdayaan (LeGepe - Jawa Tengah), kemudian masyarakat dipandu oleh fasilitator diajak untuk melakukan identifikasi karakter ancaman dan pemahaman kondisi Desa meliputi kerentanan, kapasitas serta potensi sumber penghidupan yang dimiliki Desa sebagai Kajian Risiko Bencana. 

Sebagai Daerah rawan Bencana dan pernah mengalami Gempa besar pada tahun 2006 maupun langganan banjir, Masyarakat Desa Paseban telah memiliki dasar - dasar ketangguhan yang baik,  hal ini dibuktikan dengan memiliki Tim Siaga Bencana yang tergabung dalam Relawan Paseban dan sangat aktif. Selain Relawan Paseban juga sudah terbentuk Masyarakat Peduli Api (MPA) serta Kampung Siaga Bencana sehingga sangat membantu dalam proses pembentukan DESTANA.

Dalam Kajian Risiko Bencana kemudian, ditetapkan tiga ancaman prioritas di Desa Paseban yakni Gempa, banjir dan Kebakaran Hutan, yang kemudian dituangkan dalam bentuk Peta Risiko bencana dengan tujuan agar mudah dipahami oleh semua pihak. Dari hasil Kajian, peserta kemudian menyusun Rencana Penanggulangan Bencana, yang meliputi fase pra, saat dan pasca bencana.

Memahami karakter Ancaman di Desa Paseban untuk menyusun rencana Evakuasi

Dari ketiga ancaman, Gempa di identifikasi sebagai ancaman yang memiliki Risiko tertinggi di Desa Paseban, sehingga Rencana Kontinjensi di susun dengan ancaman Gempa. Masyarakat secara partisipatif telah mampu menetapkan Sistem Peringatan Dini Inklusif, Prosedur Evakuasi dan identifikasi kebutuhan jika bencana datang.

Ditemui bolodesa.id, Prijo Wasono fasilitator Desa Tangguh Bencana dari Forum PRB Jawa Tengah mengungkapkan, Pembentukan Desa Tangguh di Desa Paseban, Bayat, Klaten menghasilkan tujuh indikator, yakni Kajian Risiko Bencana, Rencana Penanggulangan Bencana, Rencana Aksi Komunitas, Rencana Kontinjensi, Sistem Peringatan Dini Inklusif, Forum PRB Desa dan Tim Siaga Bencana. Selanjutnya menjadi rekomendasi Forum PRB Desa paseban untuk mengusulkan Rencana Penanggulangan Bencana agar bisa masuk dalam program RPJMDes dan RKPDes Desa Paseban dan mendapat pendanaan untuk Program - program mitigasi dengan Dana Desa maupun alteratif pendanaan yang lain, guna mewujudkan ketangguhan dan Kesejahteraan Warga Desa.  (P-27)

Post a Comment

Previous Post Next Post