Berada di Zona Megathrust, Desa Nampurejo membentuk Destana

Forum PRB Desa Nampurejo

Purworejo, bolodesa.id (16/10/2021) Tuk... tuk... tuk... tukk... terdengar bersautan bunyi kenthongan, beberapa orang nampak terus membunyikan kentongan tanda ada bahaya Tsunami, 

sekelompok orang berkaos oranye bersegera menempati sektor yang disepakati. Masing-masing sektor melakukan proses identifikasi kegiatan dan kebutuhan pada keadaan darurat (kontijensi). 

Disepakati ada 10 sektor diantaranya Sektor Manajemen dan Koordinasi, Kesehatan, evakuasi dan Transportasi, Logistik, Barak, Dapur Umum, Komunikasi, Keamanan, Pendidikan dan Sektor Peringatan Dini. Beginilah suasana dalam ruang saat penyusunan Rencana Kontijensi (Renkon) Desa Nampurejo, Kec. Purwodadi Kab. Purworejo dalam kegiatan pembentukan Desa Tangguh Bencana (Desatana) program BPBD Propinsi Jawa Tengah.

Peserta pembentukan Desa Tangguh Bencana Desa Nampu mendiskusikan Rencana Kontinjensi Tsunami 


Terletak pada Zona Megathrust Selatan Jawa segmen Jawa Tengah, masuk dalam kawasan rawan tsunami II, jarak Desa Nampurejo dengan bibir pantai adalah 5 Km dengan ketinggian daratan pada 12 – 14 Mdpl, 

Desa nampurejo adalah salah satu dari 584 Desa di selatan pulau jawa yang masuk dalam kategori wilayah kelas sedang hingga tinggi tsunami. Ada 900 Jiwa penduduknya termasuk dari 600 ribu masyarakat yang bermukim di desa – desa tersebut berdasarkan catatan BNPB pada saat Ekspedisi Tsunami pada Juli 2019. Zona Megathrust sendiri menurut riset yang dilakukan oleh beberapa ahli Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memetakan daerah selatan Pulau Jawa masuk dalam kawasan rawan tsunami. 

Peserta memaparkan identifikasi kebutiuhan dan analisis kesenjangan

Temuan itu menunjukan adanya potensi gempa besar dan tsunami di sepanjang wilayah tersebut. Lewat Uji Karbon ditemukan deposit tsunami di pesisir Kulonprogo yang berusia 300 tahun, diduga tsunami di daerah itu pernah terjadi tahun 1699, deposit dengan usia kurang lebih sama di temukan di Lebak Banten hingga Cilacap, Jawa  Tengah. 

Kondisi tersebut menjadi landasan pentingnya dilakasanakan pelatihan dan pembentukan Desa Tangguh Bencana sebagai upaya mewujudkan kesiapsiagaan masyarakat desa.

Pelaksanaan kegiatan selama tiga hari yang dipandu oleh Mika Prastama, Doni Halim Mutiasa dan Aziz Muslim ketiganya adalah fasilitator dari Forum Pengurangan Risiko Bencana Jawa Tengah (FPRB Jateng) melalui proses Kajian Risiko Bencana berhasil menemukenali Karakteristik Ancaman, Kajian Kekuatan, Kajian Kerentanan dan Analisa Risiko yang ditimbulkan akibat ancaman tersebut. 

Hasil diskusi Kajian tersebut menjadi dasar dalam perumusan dan penyusunan Peta Risiko Bencana, Rencana Penanggulangan Bencana, Rencana Aksi Komunitas dan Rencana Kontijensi seperti yang tergambarkan diatas. 

Siswanto salah seorang peserta menyampaikan pada saat pemaparan Peta Risiko Bencana, ada kesepakatan mengenai Jalur Evakuasi, Tempat Evakuasi Sementara, Tempat Evakuasi Akhir yang mendukung dalam upaya pengurangan risiko bencana. Selain itu Identifikasi jumlah dan lokasi kelompok rentan telah dilakukan dengan cukup detail. 

Pada akhir sesi kegiatan disepakati pembentukan Forum Pengurangan Risiko Bencana Desa Nampurejo dan Tim Siaga Bencana Desa Nampurejo, FPRB berfungsi sebagai mitra pemerintah Desa Nampurejo dalam mengawal program-program pengurangan risiko bencana ke dalam sistem perencanaan desa sejak Pra, Saat dan Pasca Bencana, sedangkan Tim Siaga Bencana adalah sekumpulan relawan yang bertugas melaksanakan tugas Kesiapsiagaan dan Kedaruratan pada saat terjadi bencana. 

Kedua kelembagaan secara resmi dikukuhkan oleh Bowo Sujatmoko selaku Kepala Desa Nampurejo melalui Surat Keterangan Kepala Desa. (M-16)

Post a Comment

Previous Post Next Post